Subscribe via Email
Warta Lingga Sumedang :
Berita Media
,
Warta
,
Wisata
»
Disbudparpora Sumedang Akan Buat Objek Wisata di Jatigede
Disbudparpora Sumedang Akan Buat Objek Wisata di Jatigede
Warta Lingga Sumedang - Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Disbudparpora)
Kab. Sumedang, akan membangun wisata maritim di genangan Waduk
Jatigede. Wisata maritim tersebut, semua kegiatan wisata difokuskan di
atas air di tengah genangan waduk.
“Konsep kita, di tengah genangan waduk ada semacam kapal persiar yang
di dalamnya terdapat hotel, restoran, kolam renang, kafe termasuk
tempat meeting. Nah, konsep wisata seperti itu sudah diterapkan di luar
negeri, seperti Hongkong, Singapura, Tiongkok dan sejumlah negara di
Eropa. Seandainya ini terwujud, Sumedang punya wisata maritim yang
hanya ada satu-satunya di Jawa Barat bahkan di Indonesia,” kata Kepala
Bidang Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) Disbudparpora Kab. Sumedang,
Suherman ketika ditemui di ruang kerjanya, Senin (24/11/2014).
Ia menyebutkan, bentuk dan kapasitas kapal persiar tidak sebesar
kapal pesiar yang ada di luar negeri, melainkan cukup sebesar kapal
tongkang yang bisa terapung di tengah genangan waduk.
Bagi pengunjung yang akan menikmati wisata maritim di kapal pesiar,
bisa diantar jemput dengan perahu kecil sejenis sekoci. Perahu kecil
tersebut, bisa dikelola dan sewakan oleh warga setempat sehingga menjadi
lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat.
“Wisata maritim itu sangat cocok, di tengah kejenuhan wisatawan
menginap di hotel dan makan di restoran di darat. Dengan kapal persiar,
hotel, restoran dan tempat wisata lainnya terapung di atas air.
Seandainya itu terealisasi, Sumedang akan memiliki objek wisata baru
yang sangat hebat dengan level internasional,” ucap Suherman.
Di tengah genangan Waduk Jatigede, lanjut dia, nantinya ada dua
pulau. Di dua pulau itu, bisa dibangun helipad. Bagi wisatawan
mancanegara dan para tamu-tamu penting termasuk tamu kenegaraan, bisa
berwisata ke Waduk Jatigede diantar ke lokasi dengan menggunakan
helikopter.
“Genangan waduknya, bisa juga dimanfaatkan untuk olah raga jetski, dayung dan olah raga air lainnya,” tuturnya.
Menurut Suherman, guna menjaga ketersediaan air, di sekeliling waduk
dibangun hutan lindung. Selain hutan lindung bisa menyerap air,
sekaligus juga bisa memperkuat tubuh bendungan dengan akar pohon yang
menancap ke dalam tanah.
“Dikarenakan di sekelilingnya hutan lindung, konsekuensinya tidak
boleh ada satu pun bangunan tembok bahkan beton, seperti vila, hotel dan
bangunan lainnya,” ujarnya.
Lebih jauh ia menjelaskan, untuk menjaga kebersihan air waduk dan
kelestarian lingkungannya, di dalam genangan Waduk Jatigede dilarang
dipakai usaha kolam jaring apung seperti di Jatiluhur.
Sebab, usaha perikanan jaring apung akan mencemari air waduk dan
merusak pemandangan alamnya. Bahkan jika terjadi upwealing (arus bawah),
air waduk akan bau dan ikannya banyak yang mati.
“Ketika itu terjadi, yang rugi kan masyarakat juga hingga
ujung-ujungnya mengundang rentenir. Justru yang paling menguntungkan,
masyarakat bisa membuka lapangan kerja dari pariwisata di genangan Waduk
Jatigede. Warga bisa menyewakan perahu, menjual cinderamata dan membuka
wisata kuliner. Bahkan nanti, kita akan buat desa wisata yang menjual
berbagai kerajinan rakyat khas Sumedang,” tutur Suherman.
Menanggapi hal itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Kab.
Sumedang, H. Syamsudin mengatakan, pihaknya sangat setuju dengan konsep
wisata maritim di genangan Waduk Jatigede.
Apalagi konsep membuat hotel dan restoran terapung di atas air.
Hanya saja, perlu dikaji lagi penyediaan sejenis kapal pesiar yang
disesuaikan dengan kondisi kedalaman air waduk.
“Di sekeliling Waduk Jatigede, sebetulnya masih bisa dibuat kawasan
daerah terbangun, seperti hotel, vila, penginapan, restoran dan bangunan
penunjang pariwisata lainnya. Hanya saja, kawasan terbangun dibatasi
hanya 10-20 persen dari luas genangan. Pembatasan itu, agar pendirian
bangunannya tidak merusak kelestarian alam dan lingkungannya,” tutur
Syamsudin.
Ia pun menyetujui di daerah genangan Waduk Jatigede jangan dipakai
usaha kolam jaring apung karena akan mencemari air waduk. Selain itu,
bisa merusak objek wisata dan kelestarian alam.
“Kalaupun terpaksa harus ada kolam jaring apung, harus ada kawasan
khusus di luar genangan Waduk Jatigede. Misalnya, membuat kolam dari
buangan air waduk,” katanya.
Ketika dikonfirmasi melalui telefon, Kadis Peternakan dan Perikanan
Kab. Sumedang, H. Amim mengatakan, peluang untuk membuat kolam jaring
apung di dalam genangan Waduk Jatigede, masih dalam kajian.
Seandainya dari hasil kajian, kolam jaring apung dianggap mencemari
kualitas air waduk, masih bisa diupayakan dengan penerapan teknologi
ramah lingkungan.
Jika tetap tak bisa, bisa mencari opsi lainnya supaya aspirasi
masyarakat tetap terakomodasi. Opsi tersebut, seperti halnya menciptakan
usaha ikan tangkap. Bahkan ikan tangkap bisa menjadi bagian dari
wisata.
“Menjaga kualitas air waduk memang penting. Akan tetapi, usaha
perikanan untuk mensejahterakan masyarakat juga, sama pentingnya. Oleh
karena itu, usaha perikanan di dalam genangan Waduk Jatigede perlu
diakomodasikan. Saat ini, kami sedang mengkaji sekaligus mencari opsi
budidaya perikanan yang ramah lingkungan, bahkan bisa menunjang
pariwisata juga,” ujarnya.
Tidak ada komentar: